Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Ponorogo mengadakan acara International Guest Lecture dengan tema “Education Trends and Innovative Best Practices in Indonesia and Thailand”. Acara ini digelar secara daring pada tanggal 6 Februari 2024, dari jam 18.00 hingga 19.30, yang disambut antusias oleh semua peserta, baik dosen maupun mahasiswa S1. Dalam sambutannya, Arif Rahman Hakim, M.Pd., sebagai ketua jurusan Tadris IPS, menyatakan bahwa kegiatan internasional tersebut bertujuan untuk memperluas pengetahuan tentang pendidikan dan praktik terbaik di negara lain, dengan harapan bisa mengadopsi hal-hal positif tersebut di masa mendatang.

Pada acara tersebut, dua narasumber hadir, yakni Benjawan Limsuebpong, seorang guru di Ayutthayya Witthayalai School, Thailand, dan Zahra Nugraheni, seorang dosen di IAIN Ponorogo, yang didampingi oleh moderator Safiruddin Al-Baqi. Benjawan menyampaikan perbedaan mendasar dalam sistem pendidikan Thailand sebelum dan sesudah Covid-19, dengan fokus pada integrasi teknologi dalam pembelajaran. Sebelum Covid-19, pembelajaran dilakukan secara offline, sedangkan selama pandemi, pembelajaran terbagi menjadi tiga, yaitu online, on-site, dan onhand. Ben menambahkan bahwa meski saat ini situasi pandemi telah terkendali, pendidikan terintegrasi dengan teknologi, di mana pengelolaan kelas lebih menekankan pembelajaran aktif dengan menggunakan metode seperti flipped classroom, virtual classroom, smart classroom, dan online social network. Perkembangan kurikulum di Thailand juga fokus pada kemampuan menggunakan bahasa, teknologi, adaptasi sosial, kepemimpinan, pengendalian diri, serta moral dan etika.

Sementara itu, Zahra Nugraheni menekankan adanya pergeseran dalam kurikulum dari Kurikulum 2013 ke Kurikulum Merdeka, yang memberikan lebih banyak kebebasan kepada murid untuk belajar dan kepada guru untuk mengajar. Ia juga menambahkan bahwa Kurikulum Merdeka akan lebih tepat sasaran jika guru dapat menerapkan strategi project-based learning dengan memperhatikan berbagai gaya belajar siswa. Dalam hal karakter, Kurikulum Merdeka bertujuan untuk membentuk profil pelajar yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Selain itu, pemerintah menyediakan beberapa platform seperti Merdeka Mengajar. Penilaian dalam Kurikulum Merdeka juga bervariatif mulai dari asesmen diagnostik, formatif, dan sumatif.
Pada sesi tanya jawab, beberapa peserta berpartisipasi aktif dalam bertanya baik secara langsung maupun melalui chatbox. Acara berjalan lancar dengan harapan dapat memberikan wawasan baru dan memperluas kerjasama internasional di bidang pendidikan.